Lanud Roesmin Nurjadin   |      Kota Pekanbaru Propinsi Riau   |      0761-61456 ext. 9006

Panglima TNI: Saparatis Manfaatkan Medsos Sebagai Propaganda

Bagikan via:

Aksi separatisme saat ini tidak hanya berupa pemberontakan bersenjata, tetapi sudah berkembang melalui kampanye internasional dengan memanfaatkan media sosial di dunia maya, mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus mengakui bahwa media sosial telah dapat dimanfaatkan sebagai media propaganda, media perang urat syaraf.

Hal ini disampaikan Panglima TNI Marsekal TNI Dr. (H.C.) Hadi Tjahjanto., S.IP, ketika menjadi Keynote Speaker dalam acara Webinar Pelatihan Sinergi Anak Bangsa Dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara Dari Aksi Separatisme di Dunia Maya, bertempat di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).

Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan, dunia maya memang memiliki kelebihan berupa kecepatan dan jangkauan yang lebih cepat, lebih luas, dan lebih mudah, selain itu dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas di dunia maya, ternyata dapat lebih masif (lebih kuat) dari dunia fisik, baik yang positif maupun negatif.

“Adanya ancaman separatisme dengan memanfaatkan dan menggunakan media sosial. Termasuk juga maraknya propaganda dengan tujuan untuk memisahkan diri dari NKRI”,kata Marsekal Hadi.

Lebih jauh, dia menuturkan bahwa dengan jangkauannya yang luas, media sosial menjadi media yang efektif untuk melakukan perang informasi ataupun perang psikologi.

“Sekarang kita mengenal hastag, trending topic. Dahulu kita menyebutnya sebagai tema propaganda,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Marsekal Hadi juga menyampaikan, bahwa beberapa minggu terakhir ini, dunia maya di Indonesia diramaikan dengan beberapa isu yang cukup hangat.

“Isu-isu tersebut bila kita lihat membuat masyarakat menjadi terkotak-kotak, terpolarisasi dan dibenturkan satu sama lain. Terdapat pula narasi yang membangun ketidakpercayaan kepada pemerintah dan tidak percaya kepada berbagai upaya pemerintah untuk kepentingan rakyat,” ucapnya.

Sebagai Moderator dalam kegiatan Webinar kali ini dipandu oleh Natalia Angellica, dengan pembicara pertama Kabais TNI Letjen TNI Joni Supriyanto (Bahaya Saparatisme di Papua), Si Man Polhukam Wahyu Agung Permana (Identifikasi Disinformasi (hoak), Pratiksi TIK Arief Noviandi menyampaikan “Strategi Bermedia Sosial”, dan Ketua IJTI/tokoh Pers Hendriana (Urgensi Zinergi Kebangsaan).