Lanud Roesmin Nurjadin   |      Kota Pekanbaru Propinsi Riau   |      0761-61456 ext. 9006

Sudah lebih dari 25 tahun Letkol Adm Saparudin Barus gemar mengumpulkan koin-koin kuno dari berbagai daerah

Bagikan via:

Dari hobinya tersebut kemudian Perwira Menengah TNI Angkatan Udara (AU) yang bertugas di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru ini mengambil gelar doktor sejarah. Kini ia menjadi doktor sejarah pertama di TNI AU

Awalnya sama sekali tidak ada niat bagi Barus untuk melanjutkan studinya di bidang sejarah, namun karena sudah cukup banyak koleksi yang dimiliki, seorang rekannya yang profesor kemudian menantangnya untuk mengambil gelar doktor sejarah.

Dia pun menerima tantangan tersebut, hingga tuntas dan meraih gelar doktor bidang sejarah beberapa tahun lalu.

Sekarang ia cukup banyak mendapatkan tawaran untuk menjadi narasumber di berbagai seminar, bahkan juga sebagai narasumber Internasional tentang bidang yang ia tekuni, yakni sejarah mata uang kerajaan-kerasaan di Indonesia.

Sejumlah kampus juga sudah memintanya untuk mengajar yang berkaitan dengan sejarah serta bidang penelitiannya tersebut. Diakuinya, tidak semua permintaan bisa dipenuhinya, karena di samping memberikan pengalaman dan pengetahuan bidang yang ia tekuni, dia juga harus menjalankan tugas dan kewajiban sebagai personel TNI AU aktif sehari-hari.

“Sejak awal letnan dua sampai sekarang saya suka mengkoleksi uang kuno, sudah 25 tahun lamanya. Saat mengambil pendidikan, saya melakukan penelitian sesuai dengan keinginan saya selama ini, tentang uang kuno,” ungkap Barus

Dari meneliti uang kuno, maka akan banyak terungkap sejarah yang belum terekspos selama ini, bahkan koleksi yang ia miliki dan sumbangsih pikirannya, kini sudah dibuat satu museum, yaitu Museum Uang Sumatera di Kota Medan, yang bekerja sama dengan pemerintahan Sumatera Utara

Barus menceritakan, pada tahun 2011 ia sempat pindah ke Medan dan bertugas selama delapan tahun, disana bertemu dengan tokoh-tokoh dan ahli sejarah dan mendapatkan banyak kawan-kawan yang sepemikiran dan satu hobi.

“Tahun 2011 sewaktu saya berdinas di Medan, saya bertemu dengan banyak tokoh dan ahli sejarah. Saya kemudian ditantang oleh salah seorang profesor untuk melanjutkan pendidikan dan penelitian tentang uang kuno, dan kemudian saya mengambil tantangan tersebut dan melanjutkan kuliah S3 sejarah di Undip Semarang,” imbuhnya.

Diakui Barus, memang pendidikannya tidak linear dari awal. Untuk pendidikan S1 Teknik Informatika, kemudian S2 nya Magister Management dan S3 Sejarah.

Namun demikian, ia menikmati berbagai bidang ilmu yang berbeda tersebut. Sehingga semakin menambah luas wawasan dan ilmu pengetahuan

Saat berada di Sumatera Utara, sudah cukup banyak yang sudah ia teliti di sana. Terakhir kali dia juga meneliti tentang mata uang dirham kuno buatan daerah lokal yakni di Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Desa Bongal, Tapanuli Tengah.

“Terakhir saya temukan ratusan dirham kuno pada abad ke-7 Masehi di desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah, yang saat ini sudah menjadi cagar budaya, itu saya yang mengekspos pertama kali tentang mata uang dirham Abasiyah dan Umayah, sebagai salah satu bukti awal masuknya Islam pertama di Sumatera Utara pada abad ke 7.